Harianmedia.com – Di era digital yang semakin transparan, satu video bisa menjadi pemicu diskusi nasional. Begitu pula yang terjadi dengan seorang TKW asal Tulungagung bernama Suci. Video yang ia unggah dari luar negeri viral di media sosial, menyulut perhatian warganet karena isinya yang menyindir tajam pejabat lokal, khususnya Camat Pakel. Apa isi video tersebut? Apa yang melatarbelakangi kemarahan Suci? Dan bagaimana reaksi publik serta pihak terkait? Mari kita kupas lengkap dalam artikel eksklusif ini.
Siapa TKW Suci dari Tulungagung?
Asal Usul dan Latar Belakang
Suci adalah seorang Tenaga Kerja Wanita (TKW) asal Kecamatan Pakel, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Berdasarkan informasi dari warga setempat, Suci telah bekerja sebagai buruh migran di Timur Tengah selama lebih dari lima tahun. Ia dikenal aktif di media sosial dan sering menyuarakan kondisi buruh migran serta situasi kampung halamannya.
Suara TKW dari Luar Negeri
Dalam beberapa unggahannya, Suci tidak hanya membagikan kegiatan hariannya sebagai TKW, tapi juga menyampaikan kritik sosial terhadap kondisi birokrasi dan pembangunan di desanya. Salah satu videonya yang berisi kritik pedas terhadap camat Pakel viral pada Sabtu (28 Juni 2025) malam dan menyebar luas melalui WhatsApp, Facebook, hingga TikTok.
Isi Video yang Viral
Pernyataan Suci yang Menyulut Perhatian
Dalam video berdurasi 2 menit 44 detik, Suci menyebut bahwa pemerintah kecamatan, khususnya Camat Pakel Imam Suwoyo, “hanya duduk diam dan mengklaim hasil kerja masyarakat.”
Ia menegaskan bahwa:
“Yang kerja masyarakat, yang turun masyarakat, tapi yang nampang pejabat. Camat tukang mangku LC seluruh umat.”
Kalimat “LC seluruh umat” menjadi topik pembahasan tersendiri karena dianggap sebagai sindiran vulgar dan tidak lazim ditujukan kepada pejabat publik.
Kritik Terhadap Kinerja Pemerintah
Suci menyebut bahwa pemerintah hanya muncul saat panen proyek, tanpa kontribusi nyata di lapangan. Ia menyindir bahwa jalan desa yang dibangun secara gotong-royong justru diklaim sebagai prestasi camat.
“Ngapain kau jadi camat kalau yang kerja rakyat, bukan kau. Harusnya camat diberi rudal hipersonik, meledak mulutnya itu!”
Reaksi Warganet dan Masyarakat
Dukungan dan Simpati
Mayoritas netizen menyatakan dukungan terhadap Suci. Banyak yang menyebut bahwa Suci telah menyuarakan apa yang tidak berani diucapkan oleh warga lainnya. Komentar seperti “berani, jujur, dan mewakili suara rakyat kecil” membanjiri unggahan ulang video tersebut.
Protes dari Pejabat dan Loyalis
Sebagian pihak mengecam cara penyampaian Suci yang dianggap tidak sopan. Beberapa pendukung camat menyebut video tersebut sebagai “fitnah murahan dari luar negeri” dan mendesak agar keluarga Suci di Tulungagung memberikan klarifikasi.
Klarifikasi dari Pihak Kecamatan
Tanggapan Camat Imam Suwoyo
Camat Pakel, Imam Suwoyo, dalam wawancara dengan media lokal, menyebut bahwa kritik tersebut tidak berdasar dan hanya didasarkan pada asumsi sepihak. Ia menyebut pembangunan jalan di Kecamatan Pakel memang dilakukan gotong royong, namun koordinasi dan pendanaan berasal dari APBD serta dukungan pemerintah daerah.
“Kalau masyarakat mau kerja bakti, ya bagus. Tapi bukan berarti pemerintah lepas tangan.”
Upaya Hukum dan Etika Digital
Camat menyatakan bahwa pihaknya tengah mempertimbangkan jalur hukum atas ujaran yang dinilai mengarah pada pencemaran nama baik dan penghinaan terhadap pejabat negara. Ia juga mengimbau agar masyarakat lebih bijak dalam menggunakan media sosial.
Fenomena TKW Jadi Whistleblower
Bukan Kasus Pertama
Kasus TKW yang menyuarakan kondisi kampung halamannya dari luar negeri bukan hal baru. Banyak TKW menggunakan media sosial untuk menyampaikan kritik terhadap kondisi sosial-politik di daerah asal mereka. Namun, kasus Suci menjadi istimewa karena viralitasnya dan ketajaman bahasanya.
Peran Diaspora dalam Demokrasi Lokal
Pakar komunikasi menyebut fenomena ini sebagai “Diaspora Digital Citizenship” — di mana warga yang tinggal di luar negeri tetap terlibat dalam dinamika politik lokal melalui media sosial. Hal ini dianggap positif, selama tidak disertai ujaran kebencian atau hoaks.
Sudut Pandang Akademisi dan Tokoh Masyarakat
Pendapat Pakar Hukum
Dosen Hukum Tata Negara Universitas Brawijaya, Dr. Rika Kurniawati, mengatakan bahwa pernyataan TKW Suci berada di ranah kebebasan berpendapat, namun penggunaan bahasa kasar bisa menjeratnya pada UU ITE jika dilaporkan secara formal.
“Kritik boleh, tapi tetap harus beretika. UU ITE bisa berlaku lintas negara, asal pelaporan resmi dilakukan.”
Pandangan Tokoh Agama
KH Ahmad Rifai dari Tulungagung mengingatkan agar masyarakat menyampaikan kritik dengan cara yang santun.
“Yang dikritik boleh salah, tapi caranya juga harus bermartabat.”
Implikasi Politik dan Sosial
Citra Pemerintah Kecamatan
Setelah video ini viral, sejumlah pihak mulai mempertanyakan efektivitas kerja pemerintah kecamatan. Ada desakan dari LSM dan tokoh masyarakat untuk mengaudit ulang proyek-proyek yang diklaim oleh pejabat kecamatan.
Semangat Kontrol Sosial Warga
Kasus ini menunjukkan bahwa media sosial menjadi alat pengawas yang kuat. Warga kini memiliki akses untuk menyuarakan pendapat dan mengawasi langsung pejabat, bahkan dari ribuan kilometer jauhnya.
pa yang Bisa Kita Pelajari?
Pentingnya Transparansi Pemerintah
Pemerintah di semua level harus bersikap terbuka dalam proses pembangunan, serta melibatkan warga secara partisipatif.
Etika dalam Mengkritik
Meski kebebasan berpendapat dijamin oleh undang-undang, penyampaiannya tetap harus mempertimbangkan norma dan etika, agar tidak mengarah pada penghinaan atau pelanggaran hukum.
Video TKW Suci dari Tulungagung adalah gambaran nyata dari dilema antara kritik sosial dan etika publik. Di satu sisi, ia menyuarakan unek-unek warga yang merasa pembangunan tidak transparan. Di sisi lain, gaya penyampaiannya memicu debat mengenai batasan kritik yang dapat diterima secara sosial dan hukum.
Bagi kita semua, ini adalah momen refleksi: Apakah suara rakyat akan selalu ditanggapi secara positif? Ataukah kritik harus selalu disampaikan dalam bahasa formal dan sopan? Jawabannya mungkin berada di tengah.
(Harianmedia.com/ Siregar)