Harianmedia.com – Pada 9 Mei 2025, sejarah baru tercipta dalam Gereja Katolik Roma ketika Kardinal Robert Francis Prevost dari Amerika Serikat terpilih sebagai Paus ke-267, mengambil nama Paus Leo XIV. Ini menandai pertama kalinya dalam sejarah dua milenium Gereja Katolik seorang warga negara Amerika memegang jabatan tertinggi dalam hierarki gereja
Latar Belakang dan Pemilihan
Paus Leo XIV, yang lahir di Chicago, Illinois, dikenal karena karya misionarisnya di Amerika Selatan dan perannya sebagai kepala kantor penting di Vatikan yang bertanggung jawab atas penunjukan uskup di seluruh dunia. Pemilihannya terjadi setelah dua hari konklaf yang melibatkan 133 kardinal dari berbagai benua. Konklaf ini merupakan yang terbesar dalam sejarah, dengan 108 dari para kardinal pemilih diangkat oleh Paus Fransiskus selama masa kepemimpinannya yang berlangsung selama 13 tahun.
Tantangan dan Harapan
Pemilihan Paus Leo XIV terjadi di tengah berbagai tantangan yang dihadapi Gereja Katolik, termasuk ketegangan ideologis internal, skandal pelecehan seksual yang masih membayangi, dan penurunan jumlah umat di dunia Barat. Sebagai seorang yang dikenal moderat dan diplomatis, Paus Leo XIV diharapkan dapat menjadi figur pemersatu yang mampu menjembatani perbedaan pandangan dalam gereja.
Reaksi Global
Pengumuman pemilihan Paus Leo XIV disambut dengan sorak sorai dan lonceng yang berdentang di Lapangan Santo Petrus, Vatikan. Ribuan umat dan wisatawan yang berkumpul menyambut dengan antusias saat Paus baru muncul di balkon Basilika Santo Petrus dan menyampaikan kata-kata pertamanya: “Damai besertamu.”
Masa Depan Gereja
Sebagai Paus pertama dari Amerika Serikat, Paus Leo XIV membawa perspektif baru ke dalam kepemimpinan Gereja Katolik. Dengan latar belakangnya yang luas dan pengalaman internasional, beliau diharapkan dapat menghadapi tantangan-tantangan global yang dihadapi gereja, termasuk isu-isu seperti migrasi, perubahan iklim, dan hak asasi manusia. Pemilihannya juga mencerminkan upaya berkelanjutan Gereja untuk merefleksikan keberagaman umatnya di seluruh dunia.
Paus Leo XIV: Harapan Baru Gereja Katolik di Era Modern
Profil Lengkap Paus Leo XIV
Paus baru, yang memilih nama Leo XIV, memiliki nama lahir Robert Francis Prevost. Ia lahir pada 14 September 1955 di Chicago, Amerika Serikat. Sebelum terpilih sebagai Paus, ia menjabat sebagai Prefek Kongregasi untuk Para Uskup, sebuah posisi penting dalam struktur Vatikan yang mengatur penunjukan para uskup di seluruh dunia.
Robert Prevost merupakan seorang biarawan Ordo Santo Agustinus (OSA), sebuah ordo religius dalam Gereja Katolik. Ia dikenal sebagai seorang teolog yang rendah hati, komunikatif, dan sangat berpengalaman dalam misi pastoral. Setelah ditahbiskan sebagai imam, ia mengabdikan sebagian besar hidupnya di Peru, Amerika Latin, di mana ia menjadi misionaris dan kemudian pemimpin komunitas religius.
Berkat pengabdiannya yang luar biasa di Peru dan reputasinya sebagai seorang pemimpin gereja yang adil, inklusif, dan progresif dalam pendekatan sosialnya, ia kemudian diangkat sebagai uskup oleh Paus Yohanes Paulus II dan terus naik dalam hierarki gereja hingga menjadi kardinal di bawah kepemimpinan Paus Fransiskus.
Makna Nama “Leo XIV”
Nama “Leo” yang dipilih oleh Paus baru mengingatkan kita pada beberapa pendahulunya yang penting dalam sejarah Gereja. Paus Leo I (440–461), yang dijuluki “Leo Agung,” dikenal karena mempertahankan doktrin ortodoksi Katolik dan mencegah invasi bangsa Hun. Nama ini juga digunakan oleh Paus Leo XIII (1878–1903), yang dikenal sebagai pemikir progresif dan penulis ensiklik sosial penting, Rerum Novarum.
Dengan memilih nama Leo XIV, Paus baru tampaknya ingin menegaskan keberlanjutan tradisi kepemimpinan moral dan sosial yang kuat, sekaligus menyampaikan pesan bahwa gereja harus mampu menjadi suara yang berani di tengah tantangan zaman.
Proses Konklaf yang Menentukan
Setelah wafatnya Paus Fransiskus pada awal tahun 2025, Vatikan segera memulai persiapan konklaf untuk memilih pemimpin baru. Sebanyak 133 kardinal dari seluruh dunia berkumpul di Kapel Sistina, Vatikan, untuk memilih Paus ke-267 dalam sejarah Gereja Katolik. Ini menjadi salah satu konklaf dengan jumlah kardinal pemilih terbanyak dalam sejarah, menggambarkan luasnya penyebaran dan keragaman umat Katolik global.
Konklaf berlangsung selama dua hari, dan pada pagi hari tanggal 8 Mei 2025, asap putih mengepul dari cerobong Kapel Sistina, tanda bahwa Paus telah terpilih. Ribuan umat yang menunggu di Lapangan Santo Petrus bersorak ketika diumumkan bahwa Kardinal Robert Prevost telah terpilih sebagai Paus dan mengambil nama Leo XIV.
Reaksi Umat Katolik di Indonesia
Di Indonesia, pemilihan Paus Leo XIV juga disambut positif. Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) menyampaikan ucapan selamat dan doa. Uskup Agung Jakarta mengatakan dalam sebuah wawancara bahwa “Paus Leo XIV membawa semangat pelayanan dan misi, dan ini sangat relevan bagi gereja di Asia yang sedang bertumbuh pesat.”
Umat Katolik Indonesia berharap agar Paus baru dapat mendorong perhatian yang lebih besar terhadap gereja-gereja di negara berkembang, termasuk dalam aspek pendidikan, bantuan sosial, dan pelatihan imam.
Menuju Masa Depan Gereja yang Lebih Terbuka dan Manusiawi
Paus Leo XIV melangkah ke tampuk kepemimpinan gereja universal dengan warisan sejarah yang kaya, tantangan global yang berat, serta harapan besar dari miliaran umat manusia. Dalam dunia yang terus berubah—di mana kemajuan teknologi berjalan seiring dengan meningkatnya kesenjangan, kekerasan, dan krisis spiritual—pemimpin gereja seperti beliau tidak hanya dituntut untuk menjadi gembala umat, tetapi juga suara moral dan cahaya penuntun.
Jika kepemimpinan Paus Fransiskus ditandai oleh dorongan untuk belas kasih dan reformasi, maka masa kepausan Paus Leo XIV mungkin akan dikenang sebagai era dialog, keterbukaan, dan pembaharuan semangat universalitas gereja.
( Harianmedia.com/ Siregar )