Rongga Diterjang Longsor, BPBD Evakuasi Santri dan Bersihkan Area Pesantren

Sumber : Pikiran Rakyat

Bandung, Harianmedia — Malam Minggu, tepatnya pada tanggal 26 Oktober 2025, terjadi peristiwa tanah longsor yang menimpa sebuah pondok pesantren di Kampung Pasir Buleud, Desa Cinengah, Kecamatan Rongga. Hujan deras yang mengguyur wilayah selatan Bandung Barat sejak sore hari disebut sebagai pemicu utama longsornya tebing di belakang kompleks Pondok Pesantren At Thohiriyah.

Menurut laporan lapangan, pada sekitar pukul 17.45 WIB tebing di belakang pesantren tiba-tiba ambrol, membawa material tanah, batu, dan lumpur yang menghantam bangunan utama serta asrama santri. Bangunan yang terkena antara lain ruang madrasah dan area tempat santri beribadah.

Kronologi Kejadian

Hujan yang mulai turun sejak sore hari makin deras memasuki malam, membuat kondisi tebing semakin rentan. Saat itu, santri-santri sedang mempersiapkan kegiatan ibadah Magrib. Tiba-tiba, bagian tebing ambrol dan menghantam struktural bangunan pesantren. Reruntuhan menimpa seorang santriwati yang kemudian meninggal dunia.

Warga setempat bersama aparat desa segera bergerak untuk mengevakuasi para santri yang terkena dampak. Kondisi medan licin dan malam yang gelap menjadi kendala dalam proses evakuasi awal. Kepala Desa Cinengah, Ilman, menyatakan bahwa warga dan aparat terus bekerja hingga malam untuk memastikan tidak ada korban tambahan.

Dari data yang dirilis hingga pagi hari Senin, satu orang santriwati dilaporkan meninggal dunia akibat tertimpa reruntuhan bangunan pesantren. Identitas lengkap korban belum seluruhnya diumumkan secara publik pada saat laporan ini ditulis.

Para santri lainnya yang berada di lokasi evakuasi dipindahkan ke bagian gedung yang dianggap lebih aman sementara petugas melakukan pemeriksaan dan pembersihan area terdampak. Pemerintah Kabupaten Bandung Barat melalui wakil bupatinya hadir di lokasi untuk memantau langsung.

Evakuasi dan Upaya Penanganan

Pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bandung Barat (BPBD KBB) bersama instansi terkait menjawab situasi darurat dengan memfokuskan pada :

  • Evakuasi santri dan warga terdampak dari area berisiko.
  • Pembersihan puing dan material longsor dari area pesantren.
  • Penyiapan lokasi pengungsian sementara atau gedung aman untuk para santri.
  • Pemeriksaan kondisi geoteknis tebing di belakang pesantren untuk mitigasi longsor susulan.

Wakil Bupati Bandung Barat, Asep Ismail, saat meninjau lokasi mengatakan bahwa keselamatan para santri menjadi prioritas utama. Ia juga mengimbau masyarakat di lereng dan kawasan rawan longsor untuk tetap waspada karena kondisi hujan masih tinggi.

Kerusakan dan Kondisi Lingkungan

Akibat longsor, sejumlah bagian bangunan pesantren mengalami kerusakan berat, atap ambruk, dinding retak, dan sementara waktu beberapa bagian tidak bisa digunakan. Warga dan relawan kemudian bergotong-royong membersihkan puing serta menata area untuk pemulihan.

Lokasi kejadian berada di lereng tebing yang dalam beberapa hari sebelumnya diguyur curah hujan tinggi. Kondisi seperti ini membuat tanah menjadi jenuh air dan berisiko ambrol. Petugas geoteknis menyebut bahwa kondisi tersebut menjadi faktor utama terjadinya longsor mendadak.

Peristiwa ini menjadi pengingat bahwa wilayah lereng seperti Rongga memiliki kerentanan tinggi terhadap bencana tanah longsor, terutama saat musim hujan. Pengelolaan tebing, monitoring curah hujan, serta kesiapsiagaan institusi lokal menjadi sangat penting.

Pemerintah dan instansi terkait didorong untuk memperkuat sistem peringatan dini, memperbaiki drainase dan anchoring tebing di zona rawan, serta melakukan pemetaan kawasan rawan bencana secara rutin. Warga masyarakat juga diimbau meningkatkan kewaspadaan dan menghindari aktivitas di bawah tebing saat hujan deras atau malam hari.

Longsor yang menimpa Pondok Pesantren At Thohiriyah di Rongga Kabupaten Bandung Barat pada malam 26 Oktober 2025 menimbulkan korban jiwa dan kerusakan bangunan. Respon cepat dari BPBD, aparat desa, dan warga berhasil mencegah korban tambahan. Namun, kejadian ini menggarisbawahi pentingnya mitigasi bencana, terutama di wilayah-wilayah rawan tanah longsor.

Ke depannya, upaya sistematis dan kolaboratif antara pemerintah daerah, lembaga pesantren, dan masyarakat diharapkan dapat memperkecil risiko kejadian serupa. Informasi pun harus terus diperbarui karena usaha pemulihan dan pemeriksaan geoteknis masih berlangsung.

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *