Banjir Bandang Terjang Bali dan NTT Dan Merusak Rumah Warga Hingga Infrastruktur

Bali, Harianmedia – Hujan deras menerjang Bali dan provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sejak Senin malam, memicu banjir bandang dan tanah longsor yang menelan korban jiwa serta menyebabkan gangguan berat pada infrastruktur, termasuk akses menuju Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali. Setidaknya 15 orang tewas dan 10 lainnya hilang dalam bencana ini, dengan ratusan rumah dan fasilitas publik terendam, serta ratusan warga mengungsi.

Kejadian & Korban

Di NTT, khususnya di Kecamatan Mauponggo dan Loka Laba, Kabupaten Nagekeo, korban termasuk seorang ibu dan anak yang tertimbun lumpur serta satu pria di Loka Laba. Di Desa Mauponggo, sebuah keluarga tiga orang ditemukan meninggal setelah rumah mereka tersapu air bah, sementara empat orang sempat dinyatakan hilang sebelum kemudian sebagian ditemukan.

Di Bali, korban hilang dan tewas tercatat tersebar di beberapa wilayah. Di Denpasar, empat orang ditemukan di bangunan runtuh di area Pasar Kumbasari, sementara satu wanita ditemukan di sekitar Pasar Badung. Beberapa korban lainnya berasal dari Jembrana, Gianyar, dan Badung—total korban meninggal mencapai sembilan orang, dua di antaranya masih hilang menurut data resmi kepolisian setempat.

Dampak & Kondisi Lingkungan

Infrastruktur rusak: Jalan raya terendam, jembatan jebol, rumah dan toko hancur diterpa derasnya air dan longsor.

Gangguan layanan publik: Listrik dan air bersih terputus di banyak tempat, fasilitas seperti rumah sakit, hotel, dan restoran harus menggunakan generator.

Wilayah terdampak: Di Bali, sekitar 112 kelurahan terdampak banjir dan longsor; di Nagekeo, akses terputus akibat longsor dan aliran material ke jalan.

Bandara & Transportasi Terhambat

Bandara Ngurah Rai di Denpasar mengalami gangguan akses: banyak ruas jalan menuju bandara tidak bisa dilalui kendaraan penumpang dan hanya truk yang bisa melalui akses darurat. Kondisi ini menghambat perjalanan wisatawan dan operasional penerbangan.

Upaya Penyelamatan dan Evakuasi

Tim SAR gabungan telah dikerahkan—sekitar 200 personel di Bali—dan menggunakan perahu karet untuk mencapai daerah yang terisolasi dan evakuasi warga yang terjebak. Banyak warga, termasuk lansia dan anak-anak, yang sempat bertahan di atap rumah.

Di NTT, desa-desa di Mauponggo masih terisolasi dan operasi SAR terus dijalankan meski medan sulit dan cuaca buruk menjadi tantangan besar.

Penyebab Alam

Fenomena atmosfer seperti gelombang ekuatorial Rossby disebut sebagai salah satu pemicu hujan ekstrem di Bali dalam beberapa hari terakhir—memicu pertumbuhan awan konvektif yang masif dan curah hujan sangat tinggi. BMKG memprakirakan potensi hujan akan mulai menurun dalam satu hingga dua hari mendatang.

Reaksi Pemerintah dan Perencanaan Tanggap Darurat

Pemerintah kota Denpasar menetapkan status tanggap darurat bencana untuk mempercepat penanganan dan koordinasi pemulihan.

BNPB terus memantau perkembangan di Bali dan NTT, terutama akses ke wilayah yang terisolasi dan penyediaan bantuan logistik. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di masing-masing daerah ikut menyalurkan bantuan dan menyiapkan tempat pengungsian.

Kerugian dan Tanggapan Masyarakat

Pedagang dan layanan pariwisata menderita kerugian materiil yang besar akibat fasilitas dan bangunan yang rusak. Kondisi air bah yang melumpuhkan jalan dan akses transportasi serta wisata turut menimbulkan kerugian ekonomi langsung.

Warga mengungsi ke pos pengungsian di sekolah dan masjid, membawa barang-barang seadanya. Kesulitan suplai makanan dan kebutuhan dasar muncul karena beberapa rute putus dan listrik padam.

Bencana banjir bandang yang melanda Bali dan Nusa Tenggara Timur merupakan pengingat betapa rentannya wilayah-wilayah dengan medan topografi dan iklim ekstrem terhadap cuaca tak menentu. Dengan 15 orang tewas, 10 masih hilang, dan Bandara Ngurah Rai serta infrastruktur vital lainnya terganggu, dampak korban dan logistik sudah sangat nyata.

Peran lembaga pemerintah, BPBD, SAR, dan masyarakat dibutuhkan lebih lanjut untuk pemulihan, terutama akses ke daerah terisolasi dan fasilitas penting yang rusak. Ke depan, evaluasi mitigasi bencana lokal—termasuk drainase, sistem peringatan dini, dan kesiapsiagaan warga—harus menjadi prioritas agar kejadian serupa dapat diminimalkan.

Mari kita doakan keselamatan bagi korban dan keluarga, serta bersama-sama mendukung usaha para petugas yang bekerja siang-malam di medan sulit ini.

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *