Jember, Harianmedia – di Pondok Pesantren Babussalam, Tempurejo, Jember, ratusan mata tertuju pada arena luas yang dipenuhi kuda-kuda gagah dan deretan pemanah muda. Meski sinar matahari menyengat, semangat para santri yang ikut serta dalam Liga Santri Berkuda Memanah 2025 tetap menyala.
Sorak-sorai penonton terdengar setiap kali panah melesat dan menancap tepat di papan sasaran. Bagi banyak orang, ini bukan sekadar kompetisi, tetapi sebuah ajang pembuktian bahwa olahraga panahan berkuda bisa tumbuh dan berkembang pesat di tanah pesantren.
Olahraga yang Kian Populer di Jember
Panahan berkuda, yang dulu hanya dikenal sebagai tradisi kuno di Timur Tengah, kini semakin populer di Jember. Banyak pesantren mulai memasukkan olahraga ini sebagai bagian dari kegiatan ekstrakurikuler.
Menurut Kusnadi, Ketua Panitia sekaligus Wakil Ketua Pordasi Berkuda Memanah Jember, kompetisi ini dibagi dalam dua kategori utama. Pertama, horseback archery atau panahan sambil menunggang kuda, dan kedua, ground archery yaitu panahan dari darat.
“Peserta terbagi sesuai jenjang pendidikan, mulai dari SD, SMP, hingga SMA. Baik santri putra maupun putri bisa ikut berkompetisi,” jelas Kusnadi ketika ditemui di arena lomba.
Jumlah Peserta Capai 120 Orang
Antusiasme luar biasa terlihat dari jumlah peserta. Sebanyak 120 santri dari 15 pondok pesantren di Jember berpartisipasi. Mereka datang dengan semangat tinggi, mengenakan pakaian khas santri yang dipadukan dengan atribut olahraga.
Kuda-kuda yang digunakan pun dirawat khusus untuk perlombaan. Sebelum pertandingan dimulai, para peserta terlihat akrab dengan hewan tunggangannya. Ada yang menepuk lembut punggung kuda, ada pula yang berdoa sejenak sebelum menarik busur.
Bagi mereka, memanah dari atas kuda bukan sekadar olahraga, melainkan bentuk latihan mental dan spiritual.
Lebih dari Sekadar Lomba
Menurut Kusnadi, panahan berkuda bukan hanya soal adu ketangkasan. Ia menekankan bahwa olahraga ini juga sarana dakwah, pendidikan karakter, sekaligus kesehatan fisik.
“Menarik busur panah sambil menjaga keseimbangan di atas kuda membutuhkan fokus, kesabaran, dan keberanian. Itulah nilai-nilai yang juga ingin kita tanamkan kepada santri,” ujarnya.
Kusnadi menambahkan, olahraga ini memberi manfaat terapi yang cukup besar. Anak-anak yang mengalami obesitas, misalnya, bisa lebih aktif bergerak. Begitu juga mereka yang terlalu sering bermain gawai, diajak fokus pada aktivitas yang menyehatkan. Bahkan, menurutnya, panahan berkuda dapat menjadi sarana rehabilitasi bagi penyandang disabilitas.
Olahraga panahan berkuda ternyata bukan hal baru bagi Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, negeri ini bahkan mulai diakui sebagai salah satu pusat perkembangan olahraga tersebut di dunia.
Banyak atlet panahan berkuda nasional lahir dari pesantren. Liga seperti yang digelar di Jember ini diyakini akan menjadi wadah regenerasi atlet baru.
“Kalau santri terbiasa dengan olahraga ini sejak dini, bukan tidak mungkin mereka bisa jadi atlet berprestasi di level internasional. Kita sudah punya bukti, Indonesia sering jadi juara di ajang panahan berkuda dunia,” tutur Kusnadi.
Suasana Kompetisi
Arena lomba di Ponpes Babussalam dipenuhi penonton, mulai dari wali santri, warga sekitar, hingga pejabat daerah. Teriakan dukungan mengiringi setiap anak panah yang dilepaskan.
Pada kategori horseback archery, santri harus menunggang kuda dengan kecepatan tertentu sambil membidik sasaran. Kesalahan sedikit saja bisa membuat panah meleset. Sebaliknya, ketepatan dan keberanian jadi penentu kemenangan.
Sementara di kategori ground archery, peserta bertanding dari daratan. Meski tidak serumit berkuda, tetap dibutuhkan konsentrasi tinggi agar panah mengenai titik tengah sasaran.
Kisah Para Peserta
Salah satu peserta, Mohammad Haris Al Fatih Said, siswa SMP Plus Darussolah, berhasil menorehkan prestasi membanggakan. Ia meraih juara dua di kategori ground archery putra SMP.
“Alhamdulillah bisa dapat juara. Saya merasa senang sekali. InsyaAllah ke depan ingin terus berlatih supaya bisa ikut lomba tingkat nasional,” kata Haris dengan wajah sumringah.
Bagi Haris, pengalaman ini sangat berharga. Ia belajar mengendalikan rasa takut sekaligus mengasah konsentrasi.
Dukungan dari Pesantren dan Masyarakat
Pihak pesantren mendukung penuh kegiatan ini. Mereka menilai, olahraga panahan berkuda mampu mencetak generasi santri yang tangguh, disiplin, sekaligus berprestasi.
Warga sekitar pun antusias menyaksikan. Bagi mereka, kompetisi ini sekaligus menjadi hiburan. Beberapa pedagang makanan kecil memanfaatkan keramaian dengan membuka lapak di sekitar arena.
Manfaat Terapi dan Pendidikan
Menurut sejumlah ahli olahraga, panahan berkuda terbukti memberikan manfaat yang luas. Gerakan menarik busur melatih otot tangan, sementara keseimbangan di atas kuda memperkuat koordinasi tubuh.
Lebih dari itu, olahraga ini juga menuntut ketenangan batin. Seorang pemanah tidak bisa asal melepas panah, karena butuh fokus penuh agar sasaran tercapai.
Inilah yang membuat banyak pesantren memasukkan panahan berkuda sebagai sarana pendidikan karakter. Nilai-nilai kesabaran, disiplin, dan keberanian ditanamkan melalui olahraga.
Harapan ke Depan
Liga Santri Berkuda Memanah diharapkan bisa menjadi agenda rutin di Jember. Dengan begitu, para santri bisa memiliki wadah untuk berlatih dan berkompetisi secara sehat.
“Harapannya kegiatan ini terus berlanjut setiap tahun. Dengan dukungan pemerintah dan masyarakat, insyaAllah akan lahir banyak atlet dari pesantren,” ujar Kusnadi optimis.
Kompetisi Liga Santri Berkuda Memanah di Ponpes Babussalam Tempurejo bukan hanya ajang olahraga, melainkan juga bagian dari perjalanan panjang pesantren dalam membina karakter santri.
Dengan semangat 120 peserta dari 15 pesantren, Jember menunjukkan bahwa olahraga tradisional yang sarat nilai ini mampu berkembang pesat dan membawa nama baik Indonesia di kancah dunia.
Bagi santri, panahan berkuda bukan sekadar menarik busur dan melepaskan anak panah, melainkan latihan hidup—tentang fokus, ketenangan, dan keberanian menghadapi tantangan.

