Kumpulan anak muda Besuki yang tergabung dalam Gerakan Literasi Nahdliyin (GLN) Besuki Raya menyelenggarakan Symposium Politik dan Grans Launching GLN bertepatan dengan Hari Kesaktian Pancasila, 1 Juni 2023 bertempat di Auditorium Pondok Pesantren Nurul Wafa Demung Besuki. Kegiatan tersebut mengambil tema “Kriteria Pemimpin dalam kacamata Warga Nahdliyin Guna Menyongsong pesta Demokrasi serentak 2024”. Narasumber utama kegiatan tersebut adalah Rio Prayogo, Direktur Elsekutif Politika Resarch and Consulting (PRC) Jakarta.

Rio menyampaikan bahwa dari hasil survei yang dilakukan oleh PRC jumlah warga Nahdliyin di Indonesia kurang lebih 45.1% atau sekitar 130 juta orang. Sebanyak 28.5% tersebar di Jawa Timur.
“Dengan populasi yang sangat besar tentu menunjukan begitu besar pengaruh NU kepada warga negara yang beragama islam di Indonesia”, ucap rio dalam paparannya.

Namun dari jumlah populasi yg besar tersebut, terdapat hal yang unik. Sebanyak 33,1% warga nahdliyin berafiliasi politik ke PDIP; 16.9 ke PKB; 14% ke Golkar; 12.4% ke Gerindra dan 6.18% ke PPP. Jika di breakdown ke Jawa Timur, Afililiasi politik terbesar warga nahdliyin ke PKB 36.4%; disusul PDIP 28.8%; Gerindra 7.6%; Golkar 4.5% dan Demokrat 3%.

Rio menambahkan bahwa Warga Nahdliyin penting untuk memiliki Literasi politik yang kuat. Karna ujung dari politik adalah kebijakan publik. “Warga nahdliyin terutama anak mudanya penting memahami literasi politik sebagai referensi dalam menentukan pilihan di masa yang akan datang”, ucap rio prayogo.

Kebijakan publik itu bermuara pada kebijaksanaan publik, kebijaksanaan publik yg paling hakiki adalah memandang politik sebagai investasi sumberdaya manusia. Maka orientasi kebijakan harus berlabuh ke itu. Ruang fiskal (anggaran) harus memprioritaskan Pengembangan literasi, pendidikan, peltihan dan lain lain. Bukan hanya sekedar bantuan bantuan yang tidak beriorientasi pada pengembangan sumber daya manusia.

“Misalnya Pendopo Arya Situbondo. Sejak kapan ada sejarah tentang Arya Situbondo. Ini bukti literasi bupati masih rendah soal kesejarahan Situbondo. Silahkan dicari, dimana ada sejarah tentang Arya Situbondo. Ini yang disebut post truth, sesuatu yang sebenarnya tidak ada, jika dikatakan berulang ulang maka bisa menjadi kebenaran. Itu tidak mendidik kita sebagai warga Situbondo”jelas Rio kepada peserta yang sebagian besar pengurus GP Ansor, IPNU, IPPNU dan santri se Besuki Raya.

Rio menutup paparan dengan pesan agar Anak muda Besuki Melalui Gerakan Literasi Nahdliyin (GLN) bisa memberikan penyadaran kepada lingkungan sekitarnya akan pentingnya melek literasi politik. Masyarakat harus memilih pemimpin berdasarkan kesadaran politik bukan hanya karna sekedar diberi uang atau sembako yang sebenarnya itu tidak menyentuh persoalan dasar masyarakat.

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *