Harianmedia.com Menjelang Akhir bulan Agustus 2022, Mara Marda Institute melakukan kegiatan LES-MMI di Kampus STKIP PGRI Situbondo. Kegiatan yang diikuti 112 Mahasiswa aktif ini mendapatkan apresiasi baik dari Ketua STKIP PGRI Situbondo, Dr. Miftahus Surur, M.Pd. Dalam sambutannya, Mifta mengungkapkan bahwa kegiatan Leadership and Enterpreneur yang diinisiasi MMI ini sangat penting bagi mahasiswa. “LES-MMI ini sangat sesuai dengan visi Kampus STKIP PGRI Situbondo, yakni membentuk Pendidik yang profesional dan Berkarakter”, ucapnya dengan penuh harapan.
Kegiatan LES-MMI di awali dengan sesi menyerap informasi tentang kecemasan dan kekhawatiran yang dialami mahasiswa saat ini. Sebagai kelompok elit anak muda tentu memiliki masalah yang beraneka ragam, mulai dari soal tanggung jawab moralnya sebagai agen perubahan masyarakat, ada hal yang jauh lebih penting untuk dipikir yaitu soal kemandirian ekonomi dirinya. “Masalah yang seringkali saya hadapi sebagai mahasiswa Situbondo adalah soal kebutuhan hidup, saya masih bergantung pada orang tua untuk memenuhi kebutuhan hidup”, Keluh Rizal mahasiswa semester 3 Jurusan TIK STKIP PGRI Situbondo.
Sementara mahasiswa semester akhir yang akan segera menjadi sarjana, khawatir soal pekerjaan apa yang mau ditekuninya. Mereka takut tidak mendapat pekerjaan saat lulus nanti. Menurut mereka, peluang kerja di instansi saat ini sangat sulit. sementara harapan mereka sangat besar untuk menjadi pegawai negeri.
“Apa yang menjadi keinginan kalian tidak salah, tapi kita harus berpikir lebih realistis. Bisnis itu solusi terbaik mahasiswa bagi anak muda masa kini”, tegas Rio Prayogo kepada mahasiswa STKIP.
Rio Prayogo memberikan tantangan kepada Mahasiswa STKIP untuk melakukan berkompetisi secara kolektif melalui game bigger better. Peserta diminta untuk menukarkan barang yang kurang bernilai menjadi barang yg lebih bernilai. Botol air mineral yang kosong misalnya. peserta selama 1 bulan harus mampu menukar botol tersebut menjadi barang yang lebih bernilai, misal ditukar kepada teman, saudara atau siapapun yang ditemuinya dari botol menjadi handphone, sepeda, mobil tanah atau lainnya.
Apakah tantangan itu bisa dilakukan, tentu bisa. Disitu akan terjadi proses merubah mindset anak muda dari pasif menjadi aktif. Dari pikiran yang sempit menjadi lebih luas. Mereka akan terlatih strategi bernegosiasi dengan orang hingga memperoleh kepercayaan. Meyakinkan orang yang ditemuinya agar menerimanya dan mau menukar barang yang dimiliki peserta menjadi barang yang lebih bernilai. Tentu tantangan ini tidak mudah. Peserta akan merasakan perlakuan yang beraneka ragam dari orang yang ditemuinya.
“Kerjakan, maka keajaiban akan datang”, Menurut Dila mahasiswa semester 3 Jurusan Matematika saat menirukab kuote yang disampaikan Rio Prayogo.
Kegiatan diakhiri dengan kerja kelompok membuat alat dari koran dan isolatip, dimana fungsi alat tersebut sebagai penerima telur saat dijatuhkan dari atas dengan ketinggian 2 meter. Telur tersebut tidak boleh pecah. Jika pecah maka kelompok tersebut dianggap kurang berhasil. Value yang ingin disampaikan dari Game tersebut bahwa sesuatu yang dianggap sulit akan mudah dikerjakan jika dimulai. “Apapun yang kalian impikan dan kalian merasa sulit, maka segeralah lakukan semampu kalian. Siapkan diri kalian untuk menerima resiko dengan apa yang suda dipilih. Maka jika itu dilakukan, kemudahan yang akan kalian temukan,”Ucap Pung Ambang menutup acara dengan Tepuk 13. (WA)